Yuk .. Membangun Self Branding

Manusia dilahirkan ke dunia dengan membawa potensi yang dimilikinya. Setiap individu memiliki potensi yang berbeda. Melalui potensi tersebut, seharusnya manusia saling mengisi antar lini kehidupan. Namun terkadang, potensi yang dimiliki tersebut tidak dimunculkan sehingga dapat menghambat kemajuan dan perkembangan orang tersebut. Untuk mengatasi hal itu, muncul sebuah istilah dalam kehidupan yakni self branding. Lantas apakah self branding itu?

Self branding terdiri dari dua kata yaitu self yang artinya diri dan branding  yang berarti nama, simbol yang membedakannya dengan yang lain. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa self branding adalah sebuah nama atau simbol diri yang berguna untuk membedakan dengan diri yang lain. Tujuan dari self branding adalah untuk mengenalkan potensi diri kepada orang lain.

Melalui self branding, seseorang bisa dikenal oleh khalayak ramai (bukan bermaksud ingin dikenal). Namun hal tersebut tidak semudah membalikan kedua telapak tangan. Perlu memunculkan potensi yang dimiliki. Misal seseorang disuruh menjadi pembawa acara dalam sebuah acara seminar dan membawakan acara tersebut dengan baik. Sehingga dia dikenal dan mendapat banyak job untuk menjadi pembawa acara di kegiatan yang lain. Sehingga hal utama yang wajib diketahui untuk memiliki self branding ialah mengenali diri sendiri.

Mengenali diri sendiri menjadi point utama dalam self branding. Bagaimana mungkin dia bisa mengembangkan potensi yang ada apabila dia tidak tahu potensi apa yang dia miliki. Bagaimana orang lain mau percaya sama dia, apabila dia sendiri tidak percaya kepada dirinya sendiri. Cara mengetahui diri sendiri bisa bertanya kepada orang terdekat atau bisa dengan memperbanyak waktu untuk merenung.

Setelah mengetahui potensi yang ada, langkah selanjutnya ialah memunculkan dan mengembangkan potensi tersebut. Cobalah untuk berani berbicara di forum-forum diskusi, mengajukan pertanyaan ketika ada sesi tanya jawab, memberikan ide apabila sedang rapat membahas suatu perkara, atau berani tampil jika memang dibutuhkan dan berbakat dalam hal tersebut. Menjadi pembaca ayat suci al-Quran dalam setiap acara misalnya.

Dengan cara tersebut, setidaknya menjadi langkah awal menciptakan brand yang dimiliki. Self branding berbeda dengan pencitraan. Karena pencitraan lebih ke arah hal-hal yang berbau negatif, sedangkan self branding mengacu kepada bagaimana kehadiran kita bisa bermanfaat bagi orang banyak.  

Setelah mengetahui potensi, dilanjutkan dengan menggali, memunculkan dan mengembangkan potensi yang ada, maka langkah selanjutnya adalah dengan memilih lingkungan yang mendukung akan potensi tersebut. Misal seseorang sudah mengetahui bahwa dia sangat bakat di bidang desain, maka cari dan gabunglah dengan komunitas desain. Sejatinya lingkungan sangat mempengaruhi karakter individu seseorang. Kalam ulama mengatakan “bergaul dengan pedagang minyak maka akan terbawa wanginya, bergaul dengan pandai besi maka akan terbawa baunya”. Memilih lingkungan bukan berarti memilih-memilih teman. Memilih dan memilah lingkungan mana yang membantu diri menjadi berkembang lebih baik daripada berteman dengan semua elemen tanpa memberikan efek apapun pada diri sendiri.

Selain itu, ada banyak hal-hal yang menghambat seseorang menciptakan self branding dalam dirinya. Contohnya ketika ikut rapat dan ditanya sebuah ide, dia tidak berani mengemukakan idenya padahal dia memiliki ide yang cemerlang. Biasanya hal tersebut terjadi akibat banyaknya kekhawatiran. Khawatir apabila saya mengatakan ini maka akibatnya akan seperti ini. Padahal secara alami, kekhawatiran yang dipikirkan tersebut nyatanya tidak ada. Kekhawatiran ini hanya ada di alam pikiran kita semata. Biasanya seseorang suka su’udzan terlebih dahulu sebelum bertindak.

Adanya kehadiran seseorang dalam sebuah acara menjadi penyebab tidak terciptanya self branding. Faktor ini juga sangat menghambat. Biasanya seseorang suka insecure dan merasa tidak berdaya apabila terdapat si A. Contohnya “saya tidak akan memberikan ide kalau masih ada ketua, saya tidak mau menjadi seksi acara kalau masih ada si D”. Hal-hal seperti itu sangat banyak ditemui di sekitar kita. Maka langkah untuk menghilangi hal tersebut ialah dengan menganggap semua orang sama, tidak lebih dan tidak kurang.

0 Comments