Berada di semester akhir kuliah memang serasa menyenangkan. Penantian panjang untuk lulus tinggal menghitung hitungan bulan. Namun satu tahap akhir dari perkuliahan katanya sih sangat berat, yaitu skripsi. Namun lulus kuliah juga bukan akhir dari segalanya. Perbincangan yang kerap kali diobrolkan oleh mahasiswa akhir adalah mau apa setelah lulus kuliah?
Sebut saja niko dan
ari (bukan nama sebenarnya) yang pada siang bolong duduk sambil memikirkan masa
depan. Yang mereka pikirkan bukanlah takdir yang sudah pasti menyertai mereka. Tapi,
yang mereka
khawatirkan adalah bahwa jurusan saat ini mereka kuliah adalah jurusan agama
yang notabene tidak ada pekerjaan yang pasti akan mereka dapatkan setelah
seleai kuliah. Beda halnya dengan jurusan pendidikan Matematika misalnya, yang
hampir kebanyakan lulusannya menjadi guru.
Mereka adalah
mahasiswa akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Keduanya juga
berasal dari daerah yang berbeda, niko asli jawa timur dan ari asli jawa
tengah. Niko dan ari berasal dari dua latar belakang keluarga yang berbeda. Niko
bercerita bahwa dia adalah anak petani desa dan di rumahnya dia jarang sekali
berbaur dengan masyarakat, karena kehidupannya dia habiskan di pesantren. Ketika
pulang ke rumahpun dia lebih sering membantu orang tuanya ke sawah di bandingkan ke kegiatan-kegiatan bernuansa
islam. Apabila nanti di kemudian hari Niko ditakdirkan untuk menjadi seorang
kyai desa, dia khawatir masyarakat menolaknya karena dia merasa bukan dari
keluarga yang bernasab baik, ia hanyalah seorang anak petani desa. Selain itu,dia
juga sering menghabiskan waktuya di luar kampung.
Beda halnya dengan Ari.
Dia adalah seorang anak kyai kampung. Namun bukan berarti anak kyai harus jadi
kyai juga. Dia dimasukan kuliah jurusan agama karena dorongan orang tuanya,
yang berharap jika nanti sudah lulus meneruskan TPA sang bapak. Namun Ari
menyadari bahwa ilmu agamanya sangatlah minim, dan dia merasa bahwa bakatnya
bukanlah menjadi seorng guru ngaji. Dia sudah diwasiatkan untuk meneruskan TPA
Orang tuanya, dan dia ingin menyenangkan hati kedua orang tuanya. Tapi di satu
sisi, dia tidak begitu menyukai dunia pendidikan.
Alhasil,obrolan
ringan di siang bolong itu diakhiri dengan tertawa. Mereka sadar betul bahwa
masa yang sesungguhnya adalah masa setelah lulus kuliah. Dan masa depan selain
dipikirkan juga harus ada usaha untuk mencapainya dari sekarang. Mereka juga
menyadari bahwa dunia kadang tidak adil, mereka yang memiliki nasib yang baik
tidak memiliki nasab yang baik. Dan mereka yang mempunyai nasab yang baik
memiliki cita-cita yang berbeda dengan nasabnya.
0 Comments