“Hidup hanyalah sekali” itulah ajaran agama
yang sangat kental manusia percayai. Tanpa berpikir panjang, manusia langsung
percaya akan ajaran tersebut karena dibutkikan dengan adanya kematian. Karena
hidup hanya sekali, bisa dipastikan bahwa manusia dituntut untuk memberikan
yang terbaik dalam kehidupannya. Agar kehidupannya bermanfaat bagi orang lain,
manusia banyak melakukan berbagai cara untuk mencapai hal itu. Salah satunya
dengan manjadi diri sendiri.
Menjadi diri sendiri itu sangat bermanfaat
sekali dalam menjalani kehidupan. Karena dengan menjadi diri sendiri, manusia
bebas melakukan sesuatu dengan kehendaknya. Acap kali manusia melupakan hal
ini, Karena terobsesi dengan kualitas dan kehebatan seseorang dan kurang
percaya atas ulalitas diri sendiri. Contoh kecilnya adalah mengagumi dan meniru
orang yang rangking1 di kelas. Biasanya orang yang rangking satu di kelas
menjadi bahan acuan oleh sang guru kepada murid-muridnya untuk meniru dan mempelajari
keberhasilannya menjadi juara kelas. Padahal , tuhan menciptakan kehebatan dan
bakat seseorang itu berbeda-beda. Ada yang hebat di dalam satu pembahasan tapi
kurang hebat di pembahsan yang lain. Begitu juga sebaliknya.
Atau mungkin meminta saran dan solusi kepada
orang lain atas masalah yang dihadapi atau rekomendasi untuk melakukan sesuatu
atau mungkin meminta kiat-kiat agar hidup sukses. Contoh ketika manusia membutuhkan
saran mengatasi kemalasan dalam belajar, padahal secara pibadi manusia sudah
bisa mengetahui solusi yang tepat atas permasalahan itu, tanpa bertanya kepada
orang lain yaitu dengan cara melawan rasa malas itu.
Memang tidak ada salahnya manusia meminta
saran dan solusi serta mendengarkan nasihat orang lain atas segala sesuatu karena
diri sendiri juga tidak selalu benar dan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Akan
tetapi yang perlu diingat ialah yang orang lain katakan itu hanyalah sebuah
solusi menurut kaca mata dia, selebihnya kita sendiri yang menentukan apakah
solusi itu tepat untuk diterapkan atau tidak.
Boleh-boleh saja manusia berbangga dan
mengagumi manusia yang lain contohnya si A mengagumi si B karena pintar
berbicara di depan umum. Akan tetapi janagn dijadikan si B itu berada pada
posisi di atas si A, yang harus diketahui ialah bahwa si B juga manusia biasa
yang pastinya punya kekurangan, dan juga jadikan si B itu sebagai penyemangat untuk
diri sendiri agar lebih baik lagi ke depannya. seperti adagium berikut
“mengambil yang positifnya, buang yang negatifnya”. Jadi, Cobalah untuk memecahkan
masalah atau apapun itu secara pribadi terlebih dahulu sebelum kepada orang
lain dan jangan lupa libatkan tuhan dalam segala permasalahan.
Menjadi Diri
Sendiri Tanpa Intervensi Dari Orang Lain
“Hidup hanyalah sekali” itulah ajaran agama
yang sangat kental manusia percayai. Tanpa berpikir panjang, manusia langsung
percaya akan ajaran tersebut karena dibutkikan dengan adanya kematian. Karena
hidup hanya sekali, bisa dipastikan bahwa manusia dituntut untuk memberikan
yang terbaik dalam kehidupannya. Agar kehidupannya bermanfaat bagi orang lain,
manusia banyak melakukan berbagai cara untuk mencapai hal itu. Salah satunya
dengan manjadi diri sendiri.
Menjadi diri sendiri itu sangat bermanfaat
sekali dalam menjalani kehidupan. Karena dengan menjadi diri sendiri, manusia
bebas melakukan sesuatu dengan kehendaknya. Acap kali manusia melupakan hal
ini, Karena terobsesi dengan kualitas dan kehebatan seseorang dan kurang
percaya atas ulalitas diri sendiri. Contoh kecilnya adalah mengagumi dan meniru
orang yang rangking1 di kelas. Biasanya orang yang rangking satu di kelas
menjadi bahan acuan oleh sang guru kepada murid-muridnya untuk meniru dan mempelajari
keberhasilannya menjadi juara kelas. Padahal , tuhan menciptakan kehebatan dan
bakat seseorang itu berbeda-beda. Ada yang hebat di dalam satu pembahasan tapi
kurang hebat di pembahsan yang lain. Begitu juga sebaliknya.
Atau mungkin meminta saran dan solusi kepada
orang lain atas masalah yang dihadapi atau rekomendasi untuk melakukan sesuatu
atau mungkin meminta kiat-kiat agar hidup sukses. Contoh ketika manusia membutuhkan
saran mengatasi kemalasan dalam belajar, padahal secara pibadi manusia sudah
bisa mengetahui solusi yang tepat atas permasalahan itu, tanpa bertanya kepada
orang lain yaitu dengan cara melawan rasa malas itu.
Memang tidak ada salahnya manusia meminta
saran dan solusi serta mendengarkan nasihat orang lain atas segala sesuatu karena
diri sendiri juga tidak selalu benar dan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Akan
tetapi yang perlu diingat ialah yang orang lain katakan itu hanyalah sebuah
solusi menurut kaca mata dia, selebihnya kita sendiri yang menentukan apakah
solusi itu tepat untuk diterapkan atau tidak.
Boleh-boleh saja manusia berbangga dan
mengagumi manusia yang lain contohnya si A mengagumi si B karena pintar
berbicara di depan umum. Akan tetapi janagn dijadikan si B itu berada pada
posisi di atas si A, yang harus diketahui ialah bahwa si B juga manusia biasa
yang pastinya punya kekurangan, dan juga jadikan si B itu sebagai penyemangat untuk
diri sendiri agar lebih baik lagi ke depannya. seperti adagium berikut
“mengambil yang positifnya, buang yang negatifnya”. Jadi, Cobalah untuk memecahkan
masalah atau apapun itu secara pribadi terlebih dahulu sebelum kepada orang
lain dan jangan lupa libatkan tuhan dalam segala permasalahan.
1 Comments
Banyak yang typo mas
ReplyDelete