BELAJAR DARI OTO ISKANDAR DI NATA



Nonoman Sunda! Umpama anjeun teu wekel,
teu pemohalan, Nonoman Sunda di  lemah caina teu kabagean alas,
           kapaksa kudu nyamos lantaran kalindih ku golongan sejen.
Itulah salah satu kutipan dari seorang pahlawan sunda yaitu Oto Iskandar Di Nata, yang artinya kurang lebih seperti ini :
Pemuda sunda! Jikalau kalian tidak sungguh-sungguh mengasah diri, bukan mustahil, pemuda sunda di tanah airnya tidak mendapat bagian,terpaksa harus berkosong tangan, sebab kalah oleh golongan lain.[1]

Apabila Menilik sejarah, Oto Iskandar Di Nata sudah dari dulu mengatakan kutipannya tersebut tepatnya tahun 1938. Dia yang sayang kepada kita semua sudah memikirkan nasib pemuda sunda di masa sekarang. Dan alhasil kata-katanya itu terealisasi saat ini.

Para pemuda sunda yang seharusnya menjadi penguasa di negerinya sendiri malah kalah bersaing dengan orang-orang pendatang dan membuat pribumi menjadi pembantu. Contohnya di bidang industri,harus kita akui, di tanah pajajaran banyak berdiri pabrik-pabrik industri akan tetapi karyawan-karyawannya tidak semua berasal dari orang sunda. Ketika pabrik itu membuka lowongan pekerjaan,  lulusan-lulusan sekolah yang notabene dihuni oleh orang-orang sunda tidak bisa memasuki perusahaan itu dikarenakan kalah bersaing dengan para pendatang.

Alhasil para nonoman sunda  tidak mendapatkan apa-apa. Kota-kota dipenuhi oleh orang-orang bukan nonoman sunda. Bukannya saya rasis, tapi seperti yang dikatakan Kang Dedi Mulyadi (2011:6) bahwa Jawa Barat itu adalah tanah orang sunda, maka seharusnya kitalah yang menanam pepohonan, memetik pepohonan, dan memanen pepohonan itu[2].

Ironi memang melihat kenyataan itu. Tapi apalah buat, nasi sudah menjadi bubur. Orang sunda harus menerima hal itu, pemuda sunda tidak bisa menutup diri akan kenyataan itu. Saat ini yang harus kita pikirkan ialah kenapa hal itu bisa terjadi?. Mungkin salah satunya adalah nonoman sunda tidak penah membaca tulisan-tulisan dari pahlawan sunda Oto Iskandar Di Nata.

Oto Iskandar Di Nata ialah pahlawan dari tanah sunda yang sangat gigih menentang penjajahan Belanda dan membangun persatuan sunda dalam organisasi paguyuban sunda. Dia merelakan segala sesuatunya demi menggapai kemerdekaan. Oto merupakan seorang nasionalis tapi tidak melupakan kesundaanya[3]. Bagitu banyak jasa yang ia berikan kepada negeri terutama untuk tanah pasundan. Banyak nasihat-nasihat yang ia sampaikan wabil khusus kepada pemuda sunda.

Saat ini,seyogyanya pemuda sunda bisa melanjutkan perjuangan beliau. Bahkan jikalau bisa kita harus menciptakan Oto-Oto lainnya yang dapat memerjuangkan hak-hak orang sunda. Otolah yang membuka jalan pada dunia pergerakan nasional bahwa manusia sunda bukan sekedar pelengkap penderita, manusia sunda adalah penentu perjuangan negara ini menjadi merdeka.[4]

Jika ssat ini kita sulit untuk menemukan orang seperti Oto Iskandar Di Nata, maka ada yang salah dalam diri orang sunda. Namun tidak berarti kita harus menunjuk batang hidung siapa yang salah, seperti Oto manusia sunda akan lebih memfokuskan diri pada pencarian solusi, bukan ikut serta memperkeruh masalah, maka nonoman sunda harus bangkit.[5]

Si Jalak Harupat julukan untuk Oto Iskandar Di Nata mencapai kesuksesannya melalui pendidikan. Maka kita bisa mengikuti jalannya tersebut yaitu melalui jalur pendidikan. Fakta yang terjadi saat ini adalah banyak pemuda sunda yang sesudah lulus sekolah ditingkat SMA/SMK/MA tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Entah itu disebabkan karena kondisi ekonomi yang kurang memadai atau hasrat untuk melanjutkan kuliah yang tidak begitu besar.

Selain itu, seperti yang dikatakan bung Oto di atas, pemuda sunda harus mengasah diri. Mengasah apa yang menjadi kemampuan dan kelebihannya. Mencoba untuk mengembangkan bakatnya bukan malah ikut-ikutan sebuah komunitas bakat yang didasari karena solidaritas teman dan hal itu sangatlah bullshit.

Saat ini yang diinginkan oleh tanah sunda ialah kerja nyata dari pemuda sunda. Untuk itu sudah saatnya nonoman sunda berubah karena berubah itu tidak dibatasi waktu.  Merubah ke arah diri yang lebih baik lagi, saatnya pemuda sunda menunjukan aksinya kepada tanah air terutama kepada tanah pasundan dan mengatakan bahwa ORANG SUNDA JUGA BISA.


BIODATA SINGKAT PENULIS
Nama lengkap penulis Rendi Maulana. Sapaan akrabnya Rendi. Lahir dan besar di kampung kecil Karang Layung Purwakarta. Penulis memulai pendidikannya di Sd Negeri 5 Negeri Tengah Purwakarta, lalu melanjutkan SMP di SMPN SATAP TERPADU 11Negri Kidul Purwakarta dan lanjut sekolah di MAN PURWAKARTA. Saat ini, penulis sedang melanjutkan kuliah Strata 1 di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta mengambil jurusan Studi Islam Interdisipliner.



[1] Iip D. Yahya, Oto Iskandar Di Nata: The Untold Stories, Bandung: FDWB Publishing, 2008, hlm. 140-141.
[2] Kang Dedi Mulyadi,Orang Sunda Juga Bisa, Purwakarta, 2011, hlm. 6
[3] Kang Dedi Mulyadi,Orang Sunda Juga Bisa, Purwakarta, 2011, hlm. 6
[4] Kang Dedi Mulyadi,Orang Sunda Juga Bisa, Purwakarta, 2011, hlm. 7
[5] Kang Dedi Mulyadi,Orang Sunda Juga Bisa, Purwakarta, 2011, hlm. 7




0 Comments