Bagaimana pilkadanya saudara-saudara? Menyenangkan atau seperti pilkada tahun sebelumnya. Bagi anda yang memilih, selamat telah ikut berpartisipasi bagi daerah anda ke depannya. yang tidak memilih juga tidak apa-apa. Mari kita lepas sejenak dari euforia pilkada serentak. Tulisan ini setidaknya memberikan sudut pandang baru, tidak sepenuhnya benar, tetapi bukan berarti semuanya salah.
Kemana Suara Orang Yang Tidak Memilih
Sudah lazim bahwa dalam penyelenggaraan pemilu atau pilkada yang ditampilkan ke publik pasti suara yang sah. Padahal jika ditelusuri lebih jauh, hampir di setiap TPS (tempat pemungutan suara) ada saja suara tidak sah.
Suara tidak Sah ini beragam, ada yang memang dicoblos dua kolom bahkan semuanya dicoblos. Ada juga yang tidak datang ke TPS dengan beragam macam alasan. Yang penulis sendiri tidak bisa mengetahui apa motif tidak datang ke TPS.
Singkatnya, suara tidak sah dengan beragam alasan yang disebutkan di atas kita sebut Golongan Putih atau GOLPUT.
Menariknya, suara orang-orang GOLPUT ini tidak diperhatikan oleh pihak penyelenggara. Padahal dalam praktik di TPS, terdapat daftar pemilih tetap yang mana jika satu atau dua bahkan sepuluh orang tidak datang ke TPS seharusnya tetap diakumulasi. Bayangkan jika setiap TPS terdapat 5 orang GOLPUT dikalikan jumlah TPS yang ada dalam kabupaten. Maka persentase yang dihasilkan tentu tidak kalah saing dengan jumlah suara yang sah.
Golput bukan berarti menjadi warga negara yang tidak baik
GOLPUT adalah hak setiap orang. Intinya sedang berbicara tentang penggunaan hak memilih. Orang-orang yang memilih datang ke TPS berarti orang-orang yang menggunakan hak pilihnya. Karena sesuai dengan UUD setiap warga negara berhak dipilih dan memilih. Maka hal sebaliknya terjadi pada orang yang GOLPUT. Mereka adalah sekolompok yang tidak menggunakan hak pilihnya. Sudah titik sampai di situ.
Sehingga seharusnya tidak ada stereotype yang mengatakan bahwa orang yang memilih adalah warga negara yang baik. Tidak ada hubungannya sama sekali. Orang yang tidak memilih bukan berarti menjadi warga negara yang tidak baik. Masa karena tidak memilih saja langsung dicap sebagai tidak baik. Jika dianggap tidak baik, berarti orang yang golput sejajar dengan orang yang maling, orang yang korupsi? Perbandingannya tidak pas.
Selain itu, orang yang golput bisa jadi dalam kesehariannya adalah orang yang baik. Dia rajin sholat, suka bersedekah. Lantas dengan golput kebaikannya yang telah dilakukan sirna begitu saja.
Intinya adalah memutuskan untuk tidak memilih juga sebuah pilihan.
0 Comments