Belakangan ini masyarakat disuguhkan dengan banyaknya film-film muncul di layar lebar. Film tersebut Tidak hanya berpusat pada satu genre, meskipun kebanyakan film bergenre horor masih banyak diminati oleh pecinta film. Terlepas dari itu, ada satu kesamaan yang menyelimuti sebuah film yaitu kritik sosial.
Latar belakang sebuah film
Kemunculan sebuah film dilatar belakangi
oleh banyak hal. Ide atau naskah film ada yang diambil dari kisah nyata atau
sebatas hiburan saja. Film agak laen yang beberapa waktu viral salah satu
contoh dari film yang dibuat sebatas hiburan saja. Film series Warkop DKI yang
fenomenal juga dibuat untuk menghibur para pecinta film.
Banyak juga film yang terlahir dari kisah
nyata. KKN Desa Penari yang sampai hari ini menjadi film terlaris di Indonesia
merupakan film yang diangkat dari kisah nyata. Film tersebut menceritakan
sekelompok mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata di sebuah
kampung, namun nahas mereka malah diganggu oleh makhlus halus. Film Vina
Sebelum 7 Hari yang ketika proses pembuatan artikel ini masih tayang juga
merupakan film yang diangkat dari kisah nyata.
Ada juga seni dari film yang bersumber dari
kisah nyata tetapi bentuknya adalah dokumenter. Umumnya Menceritakan tentang
sebuah kasus yang pernah terjadi di suatu masa atau mempunyai kontroversi. Film
dokumenter ini ada yang dijadikan film secara sungguhan, yang alurnya bersumber
dari sebuah peristiwa, seperti film G 30S/PKI. Ada juga yang film hanya sebatas
menceritakan kronologi awal sebuah kasus. Beberapa bulan kemarin, publik
Indonesia dikejutkan dengan Netflix meriliskan sebuah film dokumenter yang berjudul
Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica yang padahal kasusnya sudah lama
sekali tenggelam.
Selain itu, beberapa film juga ada yang
diambil dari sebuah novel. Film berjudul Bumi Manusia yang judulnya sama dengan
judul bukunya karya Pramoedya Ananta Toer, salah satu dari series buku
tetraloginya. Ada juga marmut merah jambu sebuah novel yang difilmkan karya
Raditya Dika. Dan tentu saja film Dilan yang penuh dengan romantisme juga
diangkat dari Novel Karya Pidi Baiq.
Ada juga film yang terlahir dari imajinasi
seperti Film yang diproduksi oleh Marvel. Film yang menceritakan tokoh-tokoh
super tersebut alurnya sangat imajinasi. Menceritakan tentang quantum, universe
dan lain-lain yang seperti tidak masuk akal di dunia nyata,. namun akhir-akhir
ini, melalui bantuan sains, manusia berusaha untuk memvalidasi hal tersebut.
Film sebagai alat kritik sosial.
Ada begitu banyak cara untuk menyampaikan
kritik terhadap sesuatu. Bisa melalui lisan, sindiran, lewat media sosial atau
bahkan melalui sebuah karya salah satunya film. Beberapa film indonesia
memiliki pesan mengkritik struktur sosial yang terjadi.
Film “Siksa Kubur” menurut hemat penulis
penuh dengan kritik terhadap kenyataan yang terjadi di Indonesia. Film yang
mungkin kebanyakan orang mengganggap horor, namun sebenernya menyuguhkan pertanyaan
terhadap praktik keberagamaan yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
Bercerita tentang seorang anak mengalami trauma akibat orang tuanya meninggal
sebab kesalahan berpikir orang yang merasa bebas dari penghakiman tuhan melalui
bom bunuh diri.
Film tersebut juga mengambil scene adegan
pondok pesantren yang terdapat praktik pelecehan seksual. Hal ini tentu
mengingatkan kembali memori publik beberapa tahun lalu tentang ustadz pondok
pesantren yang melakukan hal tidak senonoh kepada santrinya. Tidak hanya itu,
film siksa kubur juga mengajak para penonton mengkritisi para pendakwah, apakah
dengan sering berbuat baik dan melakukan buruk secara bersamaan akan
membebaskan diri dari siksa? Dikarenakan dalam film tersebut mengkisahkan
seorang donatur pesantren tetapi melakukan pelecehan kepada santrinya.
Miracle in Cell yang peran utamanya dibintangi Vino G Bastian dan kebanyakan para
komika juga sarat dengan kritik. Film yang diadaptasi dari Korea tersebut
menceritakan tentang seorang tahanan hukum yang sebenarnya tidak bersalah. Film
tersebut menggambarkan bagaimana proses peradilan dan aparatur hukum tidak
menjalankan tugasnya sesuai dengan fakta. Kritiknya adalah seseorang bisa saja
masuk penjara meskipun tidak bersalah. Hal tersebut begitu cocok dengan kondisi
di suatu negri yang mana hukum berjalan sesuai dengan uang yang ada.
Yang terbaru film Vina Sebelum 7 Hari
membangunkan kembali memori sebuah tragedi yang menimpa gadis berumur 16 tahun.
Dia disiksa, dibantai dan diperkosa oleh sekelompok orang tidak beradab.
Ironisnya lagi, masih ada 3 orang pelaku pembunuhan yang masih buronan. Hal
inilah yang menjadi point kritik film tersebut. Film ini juga seakan akan
memunculkan pertanyaan baru apakah segala sesuatu harus viral sehingga akan
diusut dengan benar?
Perkembangan dunia perfilm-an
Dengan adanya sisi kritik terhadap realita
sosial menjadikan sebuah film lebih terbangun dan meningkatkan simpati
masyarakat terhadap isu yang terjadi. Walaupun sebenarnya sudah dari dulu banyak
film yang terlahir dari isu sosial. Namun menurut penulis, dahulu film akan
laris jika mengandung unsur horor dan pornografi. Tulisan ini juga mengkritik
kepada para produser bahwa film tidak hanya mencari faktor cuan saja terutama
film horor tidak harus dibaluri dengan unsur pornografi. Seakan-akan film tidak
akan laris kalau tidak diisi horor dan pornografi. Memang masyarakat indonesia
penuh sekali dengan kepercayaan terhadap hantu dan penasaran terhadap syahwat
yang memuncak.
Dengan semakin banyaknya film yang
mengangkat isu dan realita sosial yang terjadi akan meningkatkan kewaspadaan
dan atensi masyarakat terhadap isu tersebut. Apalagi kalau sampai film tersebut
viral, biasanya pihak yang disindir dalam film tersebut akan kembali bekerja
dan mencari pembenaran akan hal tersebut.
Yogyakarta, 1 Juni 2024
0 Comments